CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

My Flower

Senin, 15 Desember 2008

Boy From Orion

Dentuman meriam terdengar jelas memekakan telinga siapa saja yang mendengarnya. Debu-debu beterbangan seiring terdengarnya suara meriam. Semua orang berlari tak menentu arahnya. Bingung,panik,takut dan segala rasa berkecamuk dalam hati setiap orang yang ada di tempat itu. Darah-darah segar mengalir dari tubuh manusia-manusia yang tak bersalah tak terkecuali anak-anak dan wanita. Sedang mayat mereka ibarat sampah di TPA yang berserakan dan tak berarti semua ibarat limbah karena mayat-mayat itu tak lebih hanya di letakkan di pinggir jalan-jalan desa. Keadaan yang begitu tragis dengan bau anyir yang bisa tercium di sudut-sudut desa. Suara anak-anak menjerit karena melihat orang tua mereka terbunuh adalah sebuah suara yang tak asing bahkan bisa dibilang amat sering terdengar dan semua seakan tak peduli . Mereka terus membantai orang-orang pribumi yang tak bersalah itu. Dengan kedok sebagai Ratu adil mereka terus membabi buta memperlakukan rakyat pribumi ibarat makanan basi yang patut dibuang dan di lenyapkan. Jepang tlah berkuasa di negeri ini dengan berkedok sebagai saudara tua Indonesia, mereka seolah berhak menjajahah bangsa Indonesia.
“Dor….dor..DBRUMM..” terdengar suara senapan dan senjata api menggema di seluruh pelosok desa.
Agitha melangkahkan kakinya di tengah-tengah mayat yang bergelimpangan di pinggir jalan.
“Ups…dimana aku?” Tanya Agitha pada dirinya sendiri
“Kenapa aku berada di tempat seperti ini?” tanyanya bingung
“AWASSS…..!!!” teriak seorang cowok yang kemudian menarik lengannya dan mereka berdua jatuh tersungkur di semak-semak.
Hampir saja sebuah peluru bersarang di jantung Agitha tapi untunglah ada cowok misterius yang tiba-tiba menolongnya
“Makasih…” Ucap Agitha sambil berusaha untuk duduk
“Sama-sama” Ucap cowok itu datar
“Kita harus segera pergi..!!” kata cowok itu dengan penuh teka-teki
“Pergi kemana??” Tanya Agitha bingung
“Sudahlah ngga usah crewet” kata cowok itu dengan nada yang tinggi sehingga membuat Agitha tak berani untuk menolak atau sekedar bertanya lagi.
Mereka berdua berjalan menyusuri daerah yang lebih mirip hutan tapi tak selebat hutan karena setiap 100 meter di temukan sebuah rumah penduduk namun Ups.. apa yang terjadi?? Seluruh desa seolah tenggelam dalam tidur panjangnya. Bayangkan saja sudah 2 km mereka berjalan tak satupun terdengar suara manusia atau bahkan sekedar suara hembusan nafas manusia ( ya…kecuali mereka berdua...hehe.)
Kembali ke suasana desa yang lebih mirip kuburan. Agitha ingin menanyakan hal ini ke cowok yang ada di depannya tapi lagi-lagi nyalinya ciut sebelum bertanya bahkan ia tak tahu siapa nama cowok yang berjalan di depannya itu.
“Husshh…”ucap cowok itu tiba-tiba dengan meletakkan jari telunjuknya di depan mulut.
“Ada apa?”
“Kita harus bersembunyi”
“Bersembunyi?Kenapa?Apa salah kita”
“Sudahlah ikuti saja perintahku kalo kau masih ingin hidup”kata cowok itu ketus
“Iya…iya” ucap Agatha terpaksa karena dia juga bingung apa yang sebenarnya terjadi bahkan dia juga tak tahu kenapa tiba-tiba dia berada dalam kondisi yang genting ( ya…perang yang ngga dia tahu asal-usulnya ini). Mereka berdua bersembunyi di belakang sebuah pohon mangga kueni yang batangnya amat besar sehingga tentara Jepang yang sedang lewat tak melihat mereka. Setelah tentara Jepang itu pergi mereka berdua melanjutkan perjalanannya melewati sungai-sungai kecil dan semak belukar. Senja mulai tak bersahabat dan meninggalkan mereka, langit kini mulai gelap dan tibalah mereka di sebuah gudang penyimpanan beras yang berada jauh dari pemukiman penduduk dan lebih herannya lagi ternyata di tempat ini banyak orang-orang pribumi yang sedang bermalam,mungkin mereka mencoba untuk menyelamatkan diri di tempat ini dan mempersiapkan hari esok yang tak tentu.
Di dalam sebuah gudang penyimpanan beras Agitha melihat banyak orang-orang pribumi yang menderita, banyak dari mereka yang kehilangan sanak saudara,harta benda dan segala hal yang mereka miliki bahkan ada salah satu dari mereka yng kehilangan kaki kanannya karena kejadian tadi siang. Agitha melihat cowok misterius yang sudah menolongnya tadi dan Wow…ternyata dari tadi siang tangan cowok itu terluka cukup parah sampai darahnya mengering tapi baru malam ini Agitha menyadarinya karena maklumlah daritadi siang kan mereka berdua tak berjalan berdampingan.
“Tangan kamu terluka,boleh aku obati?”ucap Agitha hati-hati
“Akh..udahlah ngga usah mengkhawatirkan aku”
“Tapi….”
“Tapi apa?”
“Apa semua itu karena tadi siang kamu menyelamatkanku?”
Cowok itu hanya diam dan membisu
“Namaku Agitha”ucap Agitha sambil menyodorkan tangannya
“Aku Kafka” ucap cowok itu pelan. Agita ngga menyangka cowok cool itu akan memperkenalkan dirinya juga.
“Aku ingin mengobati lukamu sebagai tanda ucapan terima kasihku”
Lagi-lagi cowok itu hanya diam dan membisu…..semenit…dua menit…tetap diam akhirnya Agitha memutuskan untuk mengambil obat luka di tasnya dan Ow…Ow.. dia baru sadar kalo dirinya memakai pakaian yang tak biasanya ia kenakan. Ya kira-kira model pakaian wanita zaman 1943….. yupz tentunya saat Indonesia di jajah Jepang gito deh….yah itupun karena dia ingat neneknya punya baju model kayak gini di lemari. Kemudian Agitha mengambil obat luka dan meneteskannya di tangan Kafka setelah itu membungkusnya dengan kain mitela. Satu lagi dia juga ngga tau kenapa tiba-tiba ia membawa tas yang berisi banyak perlengkapan P3K.
“Makasih..”ucap Kafka
Agitha hanya tersenyum dengan senyuman termanis yang pernah ia miliki.
Hari mulai larut dan orang-orang di gudang beras itupun tertidur dan tak ada pilihan lain untuk Agitha karena ia juga harus tidur di tempat yang tak layak ini.
Agitha masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya ia ingin menanyakan semua kebingungannya ini ke orang-orang di gudang beras itu tapi semua terlihat shock dan trauma ditambah lagi wajah mereka yang kusut dan letih, akhirnya Agitha memutuskan untuk tidur dan berharap tak lama lagi ia akan menemukan jawaban dari pertanyaannya.

©©©©©©

Pagi yang cerah diiringi kicauan burung yang merdu membuat suasana desa terlihat begitu sejuk. Melihat hamparan rumput hijau seolah mengilangkan sebentar ketakutan yang melanda warga desa ini. Para gadis dan ibu-ibu memasak dengan peralatan seadanya dan dengan sisa bahan makanan yang seadanya,maklumlah namanya juga ngungsi mana ada yang enak. Agitha membuka matanya dan berjalan ke teras gudang penyimpanan beras tersebut.Wow, betapa malunya dia ketika melihat semua orang sudah bangun padahal mereka jauh lebih letih jika di bandingkan Agitha.
Agitha melangkahkan kakinya menuju ibu-ibu yang sedang memasak dan ia juga berusaha membantu meski sebenarnya ia sama sekali tak bisa memasak
Setelah sarapan Agitha berjalan menyusuri jalanan di belakang gudang itu dan ia menemukan sungai yang sangat jernih meski sungai itu besar tapi sungai itu sangat dangkal sehingga ikan-ikan yang berenang terlihat sangat jelas. Agitha duduk di salah satu batu besar di tengah sungai itu. Agitha berfikir tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
“Hai..”ucap Kafka tiba-tiba
“Eh..kamu..” ucap Agitha kaget
“Aku mau minta maaf karena kemarin aku jutek sama kamu”
“Owh…ngga apapa koq lagian aku berhutang budi karena kamu sudah menyelamatkanku”
“Kelihatannya kamu bingung, apa ada yang mau kamu tanyakan?”ucap Kafka ragu-ragu
“Aku bingung deh dengan semua orang disini”
“Kenapa?” tanya Kafka heran
“Bayangkan saja Indonesia sudah merdeka sejak 63 tahun yang lalu tapi kenapa orang-orang disini masih sibuk berperang merebut kemerdekaan?”
“Merdeka?kamu mimpi ya?”
“Ngga”
“Hallo…kita masih barada di bawah penjajahan jepang bagaimana kita bisa disebut merdeka?”
“Hah…??” ucap Agitha bingung
“Iya..kita harus memperjuangkan kemerdekaan negeri ini”Ucap Kafka menggebu-gebu
Agitha tiba-tiba teringat pakaian yang ia kenakan adalah pakaian tahun 43 an.
“Memangnya ini tahun berapa?”Tanya Agitha sedikit ragu karena ia tak bisa membayangkan jawabannya.
“Seribu Sembilan ratus empat puluh tiga”
“Hah..”tiba-tiba tenggorokan Agitha terasa kering. Ia ngga nyangka ternyata ini tahun 1943 pantas saja semua yang ada disini terasa asing baginya.
“Agitha…kamu kenapa?”
“Owh ngga koq” jawab agitha ngasal
Gila aja tiba-tiba ia bisa berada di tahun 1943, gimana ceritanya nyoba? Waduh mana dia juga bingung apa yang harus ia lakukan karena semua yang ada disini sungguh tak ia pahami.

©©©©©©

Langit malam ini ibarat sebuah lukisan yang indah,banyak bintang-bintang membentuk sebuah rasi dan memiliki nama dan ceritanya masing-masing. Agitha duduk di teras gudang penyimpanan beras tersebut. Di teras tersebut ada kayu besar yang bisa ia duduki. Agitha melihat ke langit, dia sungguh mengagumi keindahan langit terutama langit malam karena langit malam ibarat lilin yang bersinar di kegelapan.
“Kamu suka bintang?” Tanya Kafka yang muncul dari belakang.
“Iya, kamu?” jawab Aghita sambil menoleh
Kafka berjalan mendekati Agitha dan duduk di dekat cewek ini.
“Aku juga suka ngelihat bintang”
“Rasi bintang apa yang paling kamu suka?” tanya Agitha penasaran.
“Rasi bintang Orion”
“Kenapa?”Tanya Agitha
“Karena Orion begitu gagah dan indah untuk dipandang”
“Hanya karena itu?”
“Jika melihat rasi bintang Orion aku sering teringat semua kenangan indah tentang keluargaku karena dulu setiap malam hari kami melihat rasi bintang Orion dari teras rumah”
“By the way, kemana keluargamu?”Tanya Agitha hati-hati
“Sudah meninggal, ayahku meninggal dibunuh tentara Jepang karena menolak kerja sama dengan mereka untuk memeras rakyat pribumi sedangkan ibuku meninggal karena stress terlalu memikirkan ayah ”
“Kalo adikmu?”
“Aku tak punya adik”
Agitha mulai menyadari cowok di depannya bukanlah cowok biasa. Meski dengan pakaian kumalnya dia terlihat tampan dan sepertinya dia berasal dari keluarga kerajaan.
“Kenapa Jepang ingin bekerjasama dengan ayahmu?”
“Karena ayahku Raja di daerah ini”
“Berarti kamu pangeran dong?”
Kafka hanya menganggukkan kepalanya. Agitha merasa tebakannya benar pantas saja walau hanya di terangi dengan sinar bulan wajah pangeran Kafka yang ada di depannya telihat begitu menawan. Agitha sekarang benar-benar yakin bahwa dirinya berada di tahun 1943.
“Aku benci dengan Jepang mereka menjajah Indonesia dengan kedok sebagai saudara tua Indonesia”
“Iya Jepang menjajah Indonesia dengan menggunakan kedok sebagai Ratu Adil yang akan menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan akibat penjajahan Belanda tapi nyatanya hanya NIHIL” ucap Agitha semangat
“Aku akan mempertaruhkan seluruh jiwa,raga dan semua yang kumiliki untuk negeri ini.” kata Kafka dengan semangatnya yang membara
Wow Nasionalisme nih cowok tinggi banget. Agitha ngga nyangka cowok yang awalnya jutek banget ternyata punya jiwa patriot yang tinggi. Diam-diam Agitha menaruh simpati dan kekaguman terhadap pangeran yang ada di depannya itu.
“Eh, liat itu rasi bintang Orion”ucap Kafka tiba-tiba sambil menunjuk sebuah rasi bintang yang ada di langit.
“Mana?” Tanya Agitha sambil mencari
“Itu” sambil menunjuk ke rasi bintang Orion yang ada di langit.
“Oh ya kamu benar, Orion yang terdiri dari lima bintang kan?”
“Empat” ucap Kafka yakin
“Lima” sambung Agitha
“Empat”
“Lima”
“Empat”
“Lima”
“Ya udah, kamu hitung aja sekarang”
“Satu…dua…tiga…empat…li…” Agitha menghitung bintang dan saat ia mau mengucapkan angka lima Oow…Oow.. Eitz, kemana perginya bintang yang kelima? Agitha penasaran dan mencari-cari dilangit tapi hasilnya nihil.
“Tuh kan udah aku bilang kalo Orion itu terdiri dari empat bintang”
“Hah koq bisa? Aku juga sering ngeliat rasi bintang Orion tapi jumlah bintangnya ada 5, apa mungkin itu bukan Orion?” kata Agitha yakin.
“Ngga mungkin, aku yakin itu Orion karena Orion ada di langin sebelah barat apalagi pada bulan purnama seperti ini, Orion akan nampak jelas.” kata Kafka
Agitha masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri tapi apa mau dikata memang kenyataannya di langit malam ini Orion terdiri dari empat bintang. Dia jadi teringat salah satu mitos yunani.
“Tapi apa mungkin ya?”
“Mungkin apa?” Tanya Kafka heran
“Aku pernah baca sebuah mitos yunani yang mengatakan bahwa salah satu bintang di rasi bintang Orion merupakan jelmaan dari seorang pahlawan laki-laki yang berjuang demi negaranya hingga waktunya habis untuk negaranya bahkan kekasihnyapun jarang ia perhatikan dan alasan mengapa bintang itu paling terang di rasi Orion karena konon setelah pahlawan itu meninggal pahlawan itu ingin terus bersinar terang untuk kekasihnya yang ada di bumi ini sebagai tanda cinta dan permintaan maafnya.”
“Oya? Aku pengen jadi bintang itu deh” ucap Kafka ngasal
“Apa??”
“Hehe..ngga koq cuma bercanda”ucap Kafka sambil mengeluarkan senyum mautnya yang membuat Agitha serasa terbang ke awan .
“Gokil neh cowok cakep banget” pikir Agitha dalam hati.

©©©©©©

Pagi ini suara meriam terdengar membahana di pelosok desa dan suara teriakan-teriakan manusia tak bersalah kembali terdengar di seluruh sudut desa.
“MAJU!!!…..” terdengar suara cowok. Agitha membuka matanya dan wow dia baru sadar kalau di sini sedang ada peperangan.
“Aduh gimana neh?” Tanya Agitha pada dirinya sendiri
Peperangan antara Jepang melawan warga desa terus berlanjut dan banyak rakyat pribumi yang meninggal karena kebanyakan dari mereka hanya menggunakan bambu runcing. Tapi ada juga sih segelintir orang yang menggunakan senapan milik prajurit Jepang yang mereka rampas.
Kafka berlari mendekati Agitha dan ia memberikan senapannya ke Agitha.
“Loh kalau ini buat aku, kamu pakai apa?”
“Sudahlah, aku bisa jaga diriku”ucap Kafka yakin kemudian ia berlari ke medan pertempuran.
Agitha berusaha menggunakan senapan yang sebenarnya tak ia tahu bagaimana cara menggunakannya tapi akhirnya ia bisa juga menggunakannya setelah beberapa menit mengamatinya. Agitha berusaha melindungi dirinya dari Jepang hingga perang usai.
Banyak orang yang meninggal karena peperangan ini dan prajurit Jepang yang tinggal segelintir orang melarikan diri. Ya kali ini warga desa berhasil mengusir Jepang dari desa ini. Tapi kemana Kafka? Agitha berusaha mencari Kafka dan akhirnya ketemu tapi…….hanya mayatnya. Tak terasa air mata Agitha mengalir deras betapa tidak orang yang dia suka sudah meninggalkannya sebelum ia sempat mengungkapkan perasaannya.
Tiba-tiba Agitha melihat secarik kertas di saku baju kafka dan ia mengambilnya.
Perlahan ia membuka surat itu dan mulai membacanya.
Hai…Agitha,
Aku mengenalmu tanpa syarat
Aku bertemu denganmu tanpa syarat jua
Aku menyukaimu tanpa syarat pula
Dan asal kau tahu Aku mencintaimu tanpa syarat apapun juga
Tanpa syarat apapun aku ingin selalu bersinar untukmu
Karena aku ingin selalu jadi Orion di hatimu
Dari : Boy from Orion
Agitha melipat surat itu dan melihat wajah Kafka untuk yang terkhir kalinya.
Tiba-tiba……..
“AGITHA…… BA…NGUN…!!”teriak seorang cewek.
Agitha membuka mata dan dilihatnya kak Vina dengan badan yang memasang kuda-kuda.
“Bangun…!! hari ini kan di SMA kita ada upacara, aku ngga mau kalau kita dimarahin guru gara-gara telat” teriak kak Vina
“Iya..iya.. ukh…berarti aku cuma mimpi deh” ucap Agitha lemas dan ia segera berjalan ke kamar mandi. Kak Vina yang ngga ngerti apa maksud adiknya itu hanya geleng-geleng kepala heran.

©©©©©©

Malam yang indah di terangi bintang-bintang namun kali ini suasana begitu sepi karena semua penghuni rumah sudah tertidur. Di teras lantai 2 Agitha melihat bintang di langit dan ia menemukan rasi bintang Orion dan dia mulai menghitungnya
“Satu….dua….tiga…empat…”
“Ups….lima??”ucap Agitha bingung
“Koq lima?? apa mungkin bintang yang paling terang itu Kafka?”
Kemudian Agitha merogoh saku baju tidurnya dan ia menemukan surat dari Kafka yang tlah ia baca di mimpinya.
“Aku yakin bintang yang paling terang disana adalah kamu Kafka, kamu akan selalu bersinar untukku dan aku yakin suatu saat kita akan bertemu meski harus di Orion, bintang impian kita”ucap Agitha dan tak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya.

0 komentar: